Awalnya gue kira LDR adalah sesuatu yang bisa diatasi asal ada cinta. Komitmen, kejujuran, dan kepercayaan jadi pelengkapnya. Tapi ternyata ini nggak semudah itu. Sekarang udah sekitar lima bulan hubungan jarak jauh ini berlangsung. Dan ini ternyata memang masa-masa berat dan rawan, karena gue baca sebuah studi tentang LDR (gue baru tau ternyata ada) dan beginilah hasilnya:
Studi dilakukan antara pasangan non-LDR versus LDR
Di bulan pertama, 30% pasangan non-LDR putus sementara 27% pasangan LDR putus.
Dalam 3 bulan pertama, non LDR sebanyak 21% dan pasangan LDR 37%.
6 bulan pertama 35% non-LDR putus dan 42% pasangan LDR putus.
8 bulan pertama, 23% non-LDR putus dan 11% pasangan LDR putus.
Dan di tahun pertama, 25% pasangan non-LDR putus sementara hanya 8% pasangan LDR yang putus.
Lalu menurut sebuah studi di Amerika pada tahun 2002 yang diambil dari 450 mahasiswa menunjukkan hasil:
20% responden sedang menjalani LDR, 37% pernah menjalani LDR.
11% responden menemui pasangan mereka setiap minggu sementara 16% tidak pernah bertemu sama sekali.
56% mengobrol lewat telepon beberapa kali dalam seminggu dan 53% mengirim e-mail setiap hari.
Satu dari lima responden LDR menyatakan bahwa hubungan jarak jauh membuat hubungan mereka memburuk.
Gue nggak mau menjadi satu dari lima orang itu yang hubungannya memburuk karena jarak. Gue nggak mau jadi persenan orang yang putus karena jarak. Gue mau mempertahankan semua ini. Jarak yang jadi masalah gue sebenarnya nggak terlalu jauh kalau dibandingkan orang-orang lain yang pacarnya study abroad or something. Cuma Jakarta-Bandung. Tapi tetep aja ini rasanya jauh banget.
No comments:
Post a Comment