Pages

Daisypath Anniversary tickers

Tuesday, August 23, 2011

Soul and mate

Ini semakin menyakitkan. Dan sebelum gue curhat lebih banyak, perlu diingat kalo gue nulis sambil dengerin Here Without You-nya 3 Doors Down versi Boyce Avenue yang bikin hati menggalau lima kali lipat.
Gue nggak tau kenapa dan entah sejak kapan gue jadi menyandarkan diri sepenuhnya sama B. Padahal waktu yang kita punya dulu cuma sebentar banget, tapi saat LDR rasanya gue kayak kehilangan pijakan. Oke, lebay mungkin kedengerannya tapi itulah yang gue rasain. And you know what? Frasa 'can't live without you' mulai terasa masuk akal. Well phisically ya gue bisalah hidup tanpa dia. Tapi gue nggak mau, dan rasa nggak mau ini bikin gue setengah gila dan sadar kalo gue nggak bisa karena itu adalah hal terakhir di muka bumi ini yang gue inginkan.
Gue tahu keadaan dan perasaan gue bakal semakin sulit saat ada jarak antara tempat gue tinggal dan tempat dia berada. Tapi gue nggak pernah nyangka bakal seberat ini. I can't stand the pain. It's like all over my body, not a heartache or in specific places.
Beberapa hari lalu gue nonton film 13 Going to 30, yang main Jennifer Gardner. Ada satu pertanyaan yang dia tanyakan ke Mark Rufallo yang mau married kayak gini: Is she your soulmate?
Gue jadi mempertanyakan hal itu ke diri sendiri. Is he?
Well gue nggak tahu apa jawabannya, karena semua balik lagi ke yang diatas. Tapi meskipun gue ngga punya jawaban apakah dia soulmate gue atau bukan, satu pemikiran muncul di otak gue. Dan semakin dipikirkan, hari ini, gue semakin percaya kebenarannya.
Jaid, ulang lagi pertanyaannya. Apakah B soulmate gue?
Jawab: Gue nggak tahu dan gue nggak peduli.
Dan kenapa bisa gue nggak peduli? Karena menurut gue itu nggak penting apakah B soulmate gue atau bukan, karena pertanyaan adalah sesuatu yang otak jawab, sementara hati gue terlalu gagu untuk menemukan kata-kata yang pas, untuk menemukan sebuah jawaban. Terlepas dari sebuah jawaban, gue sendiir nggak tahu apakah dia soulmate gue atau bukan.
Tapi satu hal yang gue tahu, gue pengen melewati semuanya sama dia. Gue harap gue melewatkan setiap momen penting yang ada di hidup gue bersama di dekat gue. Dan gue pun mau ada di sisi dia saat dia mengalami berbagai momen di hidupnya. Gue pengen jadi seksi hura-hura saat dia seneng, jadi penghibur saat dia sedih, merawat dia saat dia sakit, main bareng saat dia sehat, semuanya. Dan gilanya, perasaan ini adalah sesuatu yang sumpah, nggak pernah gue rasakan ke siapapun. Even keluarga dan teman terdekat. Jahat mungkin, tapi ini kan bukan sesuatu yang bisa gue tahan.
Dan kemaren pula, gue nonton film. Apaan gue lupa judulnya. Ada pertanyaan, apa tiga hal yang bakal kamu bawa kalo terdampar di pulau tak berpenghuni.
Gue mikirin bakal bawa api buat masak, obat-obatan, dan.
Dan B. Bukannya niat ngebawa dia ke dalam masalah gue (well keliatannya kayak gitu sih ya). Tapi intinya adalah saat seburuk apapun situasi kondisi yang gue alami, gue pengen dia tetep stay. Mungkin dia nggak bisa membantu, tapi seenggaknya dia ada.
Karena gue adalah cewek konyol yang percaya bahwa selama dia ada dan kami baik-baik aja, maka semua hal akan baik-baik aja. God bless us!

No comments:

Post a Comment